mochamadsholehudin

give a opportunity and give me a chance and to make mistakes

Ooooooo….Ternyata… Penampilan itu perlu…….????

Tinggalkan komentar

Disebuah kota kecil terdapat seorang pemuda lugu,  miskin, bahkan bisa juga dibilang kepribadiannya kurang menarik bagi siapapun yang melihatnya. tetapi pemuda itu relatif cerdas. segala macam buku dilahapnya. tentang politik, agama, komik dan novelpun pernah ia baca. segala pernik asem-manisnya hidup juga tak pernah luput dirasakannya pula. dihina sesama teman sebayanya, diolok2 karena kemelaratannya, dsb.

Singkat cerita, selain mengisi hari2 di sisa hidupnya dengan bekerja, dan bertetangga sebagaimana seperti pemuda2 lainnya.  pemuda itu tak henti2nya mengisi waktu luangnya untuk  menimba pengetahuan demi pengetahuan kepada siapa saja yang ditemuinya bahkan ia sampai kuliah hingga Pasca Sarjana (S2). dengan tujuan agar wawasan yang ia miliki semakin bertambah sebagai bekal bagi dirinya dan bagi orang2 disekelilingnya. mulai dari Rohaniawan, Cendekiawan, Dukun, Guru sampai Tokoh2 yang berkharisma/berpengaruh kepada masyarakat sekelilingnya pun juga pernah ditemuinya. tak lain dan tak bukan yang ia inginkan adalah  hanya ingin menambah ilmu, wawasan, dan pengetahuannya saja.

Seiring ia belajar tentang segala macam pengetahuan kepada orang2 yang pernah ditemuinya. ia juga tak lupa bahwa ia juga perlu teman untuk berbagi kepada sesama. di sebuah sekolahnya mengabdi  yang tak jauh dari tempat tinggalnya, ia melihat teman seprofesinya sedang asyik2 kongkow bareng di Ruang Guru ia pun menghampirinya sekedar berkata “Assalamu’alikum…. apa kabar” dll.

Singkat cerita, setiap kali sang pemuda itu menceritakan serta berbagi ilmu dan pengetahuan  yang ia dapatkan selama menimba ilmu, selama itu pula teman2nya menyangkal dengan alasan klasik. “siapa kamu..”. begitu juga ketika ia bercerita dan berbagi  kepada masyarakat disekitarnya. lagi2 mereka menyangkal sang pemuda itu. alasannya pun kurang lebih sama dengan alasan2 sebelumnya. “kamu itu siapa..” — “sok tahu, kamu!” — “ngawur, kamu! dsb, dst, dll.

lalu, ketika ada seorang tokoh yang berpengaruh dan sangat disegani oleh masyarakat didaerahnya, mereka justru lebih mendengar sang tokoh daripada dia. dan apa yang disampaikan oleh sang tokoh itupun kurang lebih sama dengan apa yang disampaikan oleh sang pemuda.  padahal jauh2 hari pemuda lugu itu sudah mengatakannya. dalam Bathin ia bergumam. “Hehe.., ternyata menjadi tokoh yang dihormati dan disegani oleh banyak orang itu lebih didengarkan suaranya ketimbang saya.” –  ”Oh, ternyata Nama Besar itu perlu”

Akhirnya, sang pemuda itupun bisa memahami dan mengerti. dalam bathin ia tersenyum dan berkata “hehehe.. ternyata percuma dan buang2 waktu saja bila saya menyampaikan sesuatu atau apapun yang sifatnya bisa realitas atau apalah namanya; tapi jika saya tak punya ‘nama besar’, pasti tidak akan didengar dan pasti akan disangkal dengan beragam alasan2.” –

lanjut gumam bathin sang pemuda ”lantas, kenapa bisa demikian?, mungkin karena mereka melihat siapa yang mengatakannya, dan bukan apa yang dikatakannya/disampaikannya” –”tapi ketika ada seorang tokoh yang berkharisma, mereka akan selalu meng-IYA-kannya, meski kadang meragukan.”

Penulis: mochamadsholehudin

ikhlas,cerdas,tuntas dan puas

Tinggalkan komentar